'Studio Pertapaan' Pak Bachtiar Hafied

Minggu pertama di bulan Januari 2010, akhirnya berkesempatan mengunjungi studio kerja Pak Bachtiar Hafied di salah satu ruangan dalam kompleks Benteng Fort Rotterdam.  Adalah Anggie, yang menemani kami menemui mantan guru menggambarnya sejak ia masih kanak-kanak. Sebelumnya, saya pernah minta ditemani oleh Mas Hady (pelukis pensil Conte) yang memang sering mangkal di gedung DKM Fort Rotterdam.  Namun selalu saja dia menolak dengan alasan tidak cukup berani untuk mendekati 'pertapaan' Pak Bachtiar Hafied.  Dan memang menurut Anggie, Pak Bachtiar juga tidak sembarangan mau menerima orang asing untuk masuk dalam studionya.  Beruntung bagi saya saat itu bisa diterima, ngobrol bareng dan yang paling penting diperbolehkan mengambil gambar di dalam studionya.

Di era 80-90an, melalui Sanggar Ujung Pandang, setiap seminggu sekali beliau muncul dalam acara Mari Menggambar  di TVRI Makassar.  Namun akhir-akhir ini beliau menarik diri dari hiruk pikuk duniawi dan lebih banyak menghabiskan waktunya dengan 'bertapa' dalam studionya.  Yang dilakukan selama 'bertapa' tidak lain adalah berzikir dan berpuasa, hingga akhirnya beliau mendapat visualisasi tentang apa yang akan di lukisannya kelak.  Beberapa tokoh yang berhasil dilukisnya berdasarkan hasil 'penerawangan batin' beliau antara lain Arung Palakka, Sultan Hasanuddin, Syekh Yusuf dan ayahandanya, Pangeran Diponegoro, Cornelis Spelman, dan Mirna, seorang gadis Portugis yang kepalanya di penggal oleh tentara Belanda.

Pangeran Diponegoro
atas: Ayahanda Syekh Yusuf | bawah:  Syekh Yusuf
Sultan Hasanuddin

Arung Palakka
Cornelis Spelman
Mirna


karya teranyar Pak Bachtiar, berupa kata-kata mutiara Bugis yang dilukis dalam huruf Lontara' menggunakan cat minyak di atas kanvas

Comments