Rindu Kampung

Sebentar lagi liburan musim dingin tiba.  Waktunya bagi mereka yang merayakan natal untuk mudik dan berkumpul dengan sanak saudara.  Tetiba saya rindu keluarga di Sorowako.  Saya rindu suasana natalan di gereja depan rumah.  Saya rindu gema paduan suara dari para ibu yang latihan setiap sore di gereja.  Biasanya sejak memasuki bulan November, kami akan semakin sibuk di warung untuk melayani para pelanggan yang didominasi para pelajar yang rajin latihan untuk pementasan saat hari raya Natal tiba.  

Puncaknya saat perayaan Natal bersama.  Sejak sore hari warung kami sudah mulai diramaikan oleh anak-anak kecil yang membelanjakan uangnya untuk  membeli permen, es krim, snack dan minuman ringan.  Selanjutnya pelanggan ibu-ibu yang datang membeli apa saja (biasanya sih tissue) sekedar untuk mendapatkan pecahan uang kecil untuk sumbangan di gereja.  Giliran pelanggan bapak-bapak yang menukar uang besarnya dengan membeli rokok dan permen mint secukupnya.  

Saya masih ingat perayaan natal di gereja depan rumah kami tahun lalu.  Saat itu saya yang jaga warung.  Jelas sekali terdengar suara pendeta perempuan memberikan sambutan Natal.  Dengan aksen Manado, sang pendeta menghimbau agar perayaan natal hendaklah dilaksanakan dengan penuh khidmat dalam suasana kekeluargaan.  Tidaklah perlu memaksakan diri merayakan natal dengan cara yang glamour namun jauh dari kehangatan kekeluargaan," Jangan sampai ketika merayakan natal, Mama su siap betul deng baju yang so blink-blink! Baju Papa juga so blink-blink! Tapi begitu liat baju anak-anaknya, adooo...baju mereka bakuning-kuning*...!"   demikianlah pesan Ibu Pendeta :)

(*bakuning-kuning = dekil) 

Gereja Oikomene Sorowako, view dari warung (penbrush on paper)

Gereja Oikomene Sorowako, view dari teras atas rumah (drawing pen + watercolor on paper)


Comments