BELAJAR DARI AGUST D (sebuah rangkuman dari seorang ARMY permukaan)

Hola minna!   How's life?

Setelah di postingan sebelumnya ekke membahas come back music video (MV) Blackpink di 2020 ini, pada kesempatan berikut ekke akan  membahas come back MV Agust D yang berjudul Daechwita.  Tulisan ini merupakan  rangkuman berbagai info yang ekke dapat dari menonton video reaction para youtuber plus sumber-sumber lain yang mendukung.  Sambil merangkum, ekke sambil belajar banyak juga sih. 

Sebagai perkenalan  buat manteman yang belum tahu siapa itu Agust D, dia adalah alter ego dari Suga BTS alias  Min Yoongi.  
Nama Agust D itu sendiri berasal dari kata 'Agus' kebalikan dari Suga sedangkan tambahan TD kebalikan dari DT singkatan dari Daegu Town, kota kelahiran Suga yang terletak dibagian tenggara Korea Selatan. 
Keduanya jelas memiliki persona yang berbeda.  Dibanding tampilan Suga BTS yang lebih sweet dan menggemaskan, Agust D terlihat lebih liar bahkan terkesan rebel.  Namun keduanya memiliki kesamaan berupa semangat dan tekad yang kuat untuk meraih mimpi dan harapan dalam tiap lagu yang mereka nyanyikan.  


Suga meliris project solonya pada tahun 2016 dalam sebuah mixtape bertajuk Agust D, berisikan 10 lagu yang mewakili idealismenya sebagai seorang musisi dan penyanyi rap.  Empat tahun kemudian tepatnya 22 Mei 2020 Agust D come back dengan mixtape berjudul D-2 dengan lagu andalannya berjudul Daechwita.  

Daechwita diartikan sebagai musik tradisional Korea berupa perpaduan dari bunyi alat musik tiup dan perkusi. Awalnya Daechwita hanya dimainkan pada ritual kerajaan untuk menandakan kehadiran Sang Raja dan para kerabatnya. Buat kalian penggemar K-Drama (drakor) bertema kerajaan, coba perhatikan deh setiap adegan dimana Sang Raja akan mendatangi sebuah tempat, pasti ada sekelompok musisi kerajaan yang memainkan Daechwita ini.  Dalam perkembangannya Daechwita dipakai sebagai musik pengiring pawai militer (ARMY), ia dimainkan dalam formasi marching band.


So, sekarang kita masuk pada pembahasan MV Daechwita.  Pada adegan pembuka kita disuguhkan suasana kerajaan Korea dari masa lampau.  Sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang raja yang tiran, hal ini bisa kita saksikan dari gambaran beberapa jenazah yang dijejer di pelataran istana.  
Lokasi pengambilan gambar bertempat di Yongin Daejanggeum Park. Salah satu drakor yang pernah syuting di tempat yang sama berjudul Moon Embracing the Sun.  
Sebagai penggemar drakor bertema kerajaan, ekke langsung mengenali kotak kayu itu adalah wadah untuk menyimpan kepala para tahanan kerajaan yang telah dihukum penggal.
Scene ketika para pengawal bersujud dihadapannya (sampai diinjak segala... 😅) menunjukkan watak Raja Suga sebagai orang yang gila kekuasaan, berlaku semena-mena, anti kritik, brutal dan tidak berperikemanusiaan.  
Menjatuhkan hukuman penggal adalah hobinya! He's really a psyco, dude!

Beralih pada scene yang menampilkan Suga dari kalangan rakyat jelata sedang berjalan ditengah keramaian pasar.  Ia merupakan pemuda harapan bangsa, yang sudah muak dengan tingkah Raja Suga.  Mendapat dukungan dari para rakyat, ia pun mulai mengumpulkan bala bantuan, menyusun strategi untuk membuat perhitungan dengan Sang Raja. 

                                                      The iconic Agust D 😍
Digambarkan pemuda Suga ini akrab dengan rakyat dari golongan bawah, ia berjalan menyapa dan melakukan kontak mata pada beberapa penjual di pasar, salah satunya dengan penjual daging ini.
Buat para ARMY, pay attention pada detik 0:59 saat Suga ngga sengaja menyenggol salah seorang pejalan kaki.
Behind the scene proses pembuatan MV Deachwita, ada Jin dan Jung Kook sebagai cameo dua warga yang rusuh banget di pasar itu 😆
Genk Suga yang terdiri dari perempuan dan laki-laki tampil dalam kostum bertema ARMY look (mereka mewakili para ARMY). 
Beri apresiasi pada Hyundai Grandeur Azera (produksi tahun 1986-1992).  Mobil ini digunakan juga sebagai properti saat syuting MV Agust D empat tahun silam.
Keenam dancer Suga disini mewakili member BTS.  Scene diatas bertepatan saat Suga menyanyikan lirik "Everyday, Bang PD keeps dancing on-on-on-on-on-on and on."
Ada dua asumsi terkait lirik lagu ini. Asumsi pertama menggambarkan suasana hati Bang PD terhadap karir BTS yang  cemerlang berimbas pada semakin berkibarnya nama Big Hit sebagai agensi yang menaunginya (diwakili oleh Raja Suga saat mengacungi jempolnya).  Asumsi kedua adalah awalnya BTS debut sebagai grup Hip Hop (Suga yakin sekali ngga akan disuruh nge-dance)  Namun belakangan para member diminta untuk ikut menyertakan unsur koreografi demi memenuhi tuntutan pasar akan eksistensi mereka sebagai Boy Band (diwakili saat Raja Suga membalik jempolnya kebawah).

Buat kalian yang nanyain siapa sih Bang PD ini? Beliau adalah Big Boss nya BTS, pendiri sekaligus co-CEO Big Hit Entertaintment.  Dikenal sebagai bos yang demokratis. Fakta bahwa Suga menyebut nama Bang PD dalam lirik lagunya menunjukkan kedekatan hubungan mereka sebagai sahabat.

Karikatur Bang PD dengan tambahan huruf kanji sebagai mulutnya yang berarti 'dance' 
Karikatur Bang PD pertama kali tercipta di acara  BTS drawing challenge pada sebuah tanyangan TV di Korea.  
Bang PD a.k.a. "Hitman" Bang berprofesi sebagai penulis lirik, penggubah, produser dan eksekutif rekaman 😎

Okay, kita lanjut pada adegan dimana Raja Suga murka karena telah di olok-olok oleh Suga and the genk.  Sebagai Raja yang  berkuasa penuh, ia pun menunjukkan powernya saat memperlihatkan beberapa kotak penyimpanan kepala dan salah satunya diperuntukkan untuk pemuda Suga, si pemimpin pemberontakan.  


Hingga akhirnya Suga berhasil ditangkap.  Sebagai pemuda harapan bangsa pahlawan para rakyat jelata, ia tidak boleh terlihat lemah.  Dengan tegar ia berjalan di samping algojo yang siap mengeksekusinya.  Sebuah tontonan yang menarik bagi Raja Suga yang haus darah!
Dalam euforia kemenangannya, Raja Suga merasa berada diatas angin.  Di depan singgasananya dia meluapkan rasa kemenangannya dengan melakukan tarian pedang (sebelum syuting Suga berlatih koreo ini selama dua hari) seolah ingin turun tangan melakukan sendiri eksekusi itu  (tapi untuk apa dia mengotori tangannya yang sangat berharga itu jika ada algojo yang melakukan semua perbuatan keji tersebut).  

Namun diluar dugaan,  rupanya pemuda Suga lebih cerdik dari yang Sang Raja pikirkan.  Tidak hanya mendapat dukungan dari para rakyat jelata,  Suga dengan segala kerendahan hatinya telah memenangkan hati para pengawal istana.  Bisa kita lihat pada scene dimana para pengawal kerajaan (yang diawal MV bersujud pada Raja) kini mereka ikut menganggukkan kepala mengikuti anggukan kepala pemuda Suga.  Sang Raja begitu terpukul, tidak percaya akan apa yang ia saksikan. Ia mematung, dan selanjutnya kejadian itu seakan berlangsung begitu cepat hingga ia tidak sempat  menyelamatkan diri ketika pemuda Suga menembakkan senapannya.
Kotak kayu yang lumayan sering ditampilkan dalam MV ini ternyata memiliki peranan penting sebagai wadah untuk menyembunyikan pistol yang digunakan pemuda Suga untuk mempecundangi Sang Raja.  
Masih ingat pada penjual daging yang disapa oleh pemuda Suga di awal MV, yup! Tidak lain dialah algojo kerajaan selama ini.  Disini Suga menunjukkan pada kita bahwa orang dari kalangan bawah sekalipun bisa menjadi tokoh kunci dalam keberhasilannya menumbangkan kekuasaan Sang Raja.  Tidak ada peran yang kecil dalam sebuah pertunjukan, begitu pula dalam kehidupan.  Tiap orang memainkan perannya masing-masing dan siapa tahu diantara orang lain yang selama ini kita acuhkan ternyata bisa merubah jalan hidup kita kelak. 
Pistol yang digunakan pemuda Suga jenis Colt ARMY model 1860.

Setelah menyaksikan plot twist pada jalan cerita Raja Suga vs pemuda Suga, ada beberapa poin menarik yang ekke akan bahas.

Pertama,
Dalam wawancaranya saat pengambilan gambar MV Daechwita, Suga mengungkapkan bahwa  inti dari MV ini adalah kedatangannya untuk menaklukan Sang Raja.  Suga mengatakan bahwa ia telah menjadi raja empat tahun yang lalu (saat mixtape pertamanya laris dipasaran, dan dia telah menerima reward dari keberhasilannya tersebut). 
Di MV Daechwita ini Suga memainkan dua karakter yang berbeda.  Di satu sisi sebagai Sang Raja (mewakili dirinya dari  masa lalu)  yang berambisi untuk terus tampil di puncak ketenaran yang bergelimang harta dan dipuja banyak penggemar (seperti yang selama ini telah ia capai sebagai member BTS).  Di sisi lain ia sebagai pemuda Suga dengan penampilan yang modern (mewakili dirinya di masa kini) yang harus mengikuti kata hatinya untuk tetap menjadi Yoongi yang kita kenal rendah hati, pemalu, dan hanya fokus berkarya :')
Hal ini sesuai dengan lirik lagunya yang berbunyi,"I wanted clothes clothes, then money money, then goal goal now what's next.
Yeah what's next, here comes my reality check there's nowhere higher
I only looked up and now I want to look down and put my feet on the ground.
Inilah alasan mengapa karakter Raja Suga memiliki rambut pirang mengacu kepada penampilannya di MV Agust D empat tahun silam yang memiliki warna rambut serupa.

Kedua,
Dalam beberapa petikan wawancara, terungkap bahwa Suga terobsesi dengan luka gores di wajahnya (mungkin saking mulusnya 😭).  Ia pun berhasil mewujudkannya di MV Daechita kali ini.  Ada sebuah asumsi bahwa ide goresan di wajah Suga terinspirasi dari karakter Tony Montana.  Tony Montana merupakan tokoh fiksi dari sebuah film berjudul Scarface  (1983).  Dikisahkan Tony Montana sebagai pemimpin gembong narkotik yang sukses dan kaya raya namun tidak menemukan kebahagiaan dalam hidupnya.  Suga begitu mengagumi Tony Montana dan belajar banyak dari kisah tersebut,  hingga terciptalah sebuah lagu berjudul Tony Montana yang dirilis pada mixtape pertamanya.  Dalam lagu tersebut terdapat lirik "more money more problem"
Ada benarnya juga sih. Jika punya banyak uang bawaan kita pengen beli apa saja yang kita inginkan padahal belum tentu kita butuhkan.  Keserakahan membuat mata hati kita tertutup dan kerap melupakan Sang Pemberi.  Liat aja tuh para koruptor, kebanyakan dari mereka berasal dari golongan berada. Jika yang kalian kejar hanyalah kenikmatan duniawi, selanjutnya kalian ingin terus membuktikan eksistensi kalian dengan menumpuk kekayaan terus menerus.  Analoginya seperti meminum air laut, semakin diminum semakin haus rasanya. 
Suga menyadari bahwa pada akhirnya uang tidak bisa membeli kebahagiaan dan ia berpegang teguh pada hal tersebut yang kemudian dituliskannya dalam lirik lagu Daechwita; "Woo, who says time is money?
My time is worth more than that! Tic tok, got a stick up your ass, I'm about to spit in your face.
Al Pacino sebagai pemeran Tony Montana


Ketiga,
Kisah perjuangan pemuda Suga dari kelas bawah yang akhirnya bisa menumbangkan kekuasaan Raja Suga menggambarkan perjalanan karir Suga di bidang entertainment itu sendiri.  Berawal dari bukan siapa-siapa.  Berbekal talent nge-rap berkecepatan luar biasa dan tekad membara untuk sukses sebagai entertainer, ia bergabung di Big Hit bersama keenam pemuda lainnya yang mengantongi mimpi yang sama.  Bertujuh dibawah nama BTS mereka merangkak dari nol, bersaing dengan para raksasa penguasa industri hiburan di Korea Selatan.  Di awal karirnya tidak jarang mereka mendapat penolakan, jadwal manggung yang dibatalkan sepihak hanya karena mereka tidak cukup terkenal.  Selain itu hujatan dari para haters yang mengejek mereka layaknya perempuan karena menggunakan kosmetik saat tampil. Juga dituduh plagiat disetiap konsep style mereka.  There is nothing new under the sun.  Segala konsep yang berlaku khususnya di bidang hiburan merupakan pengulangan /recycle dari yang lalu-lalu.  Semuanya dikembalikan lagi kepada pelaku hiburan bagaimana tingkat kreatifitas mereka meramu konsep itu sedemikian rupa hingga bisa disajikan semenarik mungkin kehadapan para penikmatnya.  Itulah yang dilakukan oleh Suga dan para member BTS lainnya hingga bisa menjadi boy band Korea yang paling fenomenal di abad ini.  

Posisi Sang Raja di tempat yang lebih tinggi mewakili para raksasa industri hiburan yang berlaku semena-mena.  Posisi pemuda Suga di bawah Sang Raja mewakili para seniman dan pelaku hiburan lainnya yang siap bertarung memperjuangkan idealisme mereka.

Keempat
Konon Suga dikenal mewarisi darah biru dari garis keturunan seorang Ratu pada Dinasti Joseon, yakni Klan Min (bersama dengan ratusan ribu orang Korea Selatan lainnya yang bermarga Min 😅).  Para ARMY percaya karakter Raja Suga merupakan selebrasi akan hal tersebut.  Namun apa yang ingin Suga perlihatkan pada kita adalah kalaupun teori garis darah itu benar, nyatanya ia terlahir dari keluarga yang biasa saja.  Bahkan masa remajanya dihabiskan untuk bekerja paruh waktu demi membantu perekonomian keluarga.  
Bahwa apa yang membuatnya berada pada posisinya sekarang sebagai idol ternama bertaraf internasional adalah hasil dari tetes keringat, air mata dan darahnya selama ini.  Bayangkan jika harus berlatih koreografi selama 19 jam dalam sehari! Belum lagi membagi waktu untuk keluarga, menulis lagu, mengaransemen lagu, bersosialisasi dengan teman-teman, dsb. Bisa dibayangkan berapa banyak waktu yang tersisa untuknya hanya untuk sekedar tidur dan beristirahat.

Menjadi kaya raya dan terkenal adalah dambaan setiap orang.  Itu adalah sebentuk nikmat yang Tuhan berikan untuk menguji seberapa besar kesabaran kita menghadapinya dan seberapa besar rasa syukur kita padaNya.  Apakah dengan diberikannya nikmat tersebut kita akan semakin menjauh dariNya atau kita manfaatkan untuk berbagi/membantu orang-orang di sekitar kita.

Ekke jadi ingat dengan ungkapan seratus teman selalu terasa lebih sedikit. Satu musuh selalu terasa lebih banyak. 

So guys, always be kind,  always be humble to anybody.


Sekian dulu tulisan ekke kali ini, semoga menginspirasi.  Salam hangat selalu.

Mata ne!

Sumber:




Comments

Post a Comment