Menjadi #kendamamito

Desember 2014 timeline FB saya marak oleh postingan kawan-kawan bertema "Black and White Photo Challenge". Syaratnya mudah saja, seseorang akan mengunggah foto hitam putihnya lengkap dengan narasi (yang agak sentimentil tentunya) tentang foto tersebut selama seminggu (satu tema foto perhari), kemudian dia akan menantang lima teman yang lain untuk melakukan hal yang serupa.  Teman lain yang namanya kena 'tag' sebaiknya melakukan hal yang sama.  

Seru juga melihatnya.  Ada foto yang sudut pengambilan gambarnya keren tapi narasi pengantarnya sangat singkat.  Ada juga yang fotonya sederhana saja, tapi didukung oleh narasi yang kuat.  Tidak ada pemenang atau yang kalah dalam kegiatan seru-seruan ini.  Tidak disangka, saya di 'tag' oleh tiga teman yang berbeda di hari itu.  Saya sempat tertantang tapi akhirnya malah mengabaikannya dikarenakan Fujiwara sensei mengabari akan datang ke apato sehubungan dengan dibagikannya raport Zaidaan.  

Dengan English terbata-bata ditambah Nihongo saya yang pas-pasan (thanks to Zaidaan yang sudah menjembatani Mamito dan sensei), hasil pantauan sensei menyatakan bahwa Zaidaan selalu tergesa-gesa dalam mengerjakan sesuatu, tidak fokus, cepat patah semangat sehingga cenderung emosi.   Kesimpulan dari pertemuan itu adalah agar Zaidaan sebisa mungkin mengurangi bermain game (apalagi yang online).   

Saya melarikan diri dari kegiatan memilih-milih foto narsis dan menjadi tidak fokus menulis meski hanya sekedar mengarang bebas. Saya pun resmi menjadi pecundang dalam #BWphotochallenge kala itu.  Kabar tentang Zaidaan begitu menyedot waktu dan perhatianku.  Harus ada solusi konkrit untuk menarik kembali Zaidaan dari aktifitas bermain bersama teman-teman virtualnya.  

Selalu ada jalan keluar bagi emak-emak yang galau.  Saat Zaidaan minta dibelikan Kendama, kenapa tidak?  Meskipun yang dimintanya ini jauh..jauh..lebih mahal dari yang dijual di toko 100 yen.  Mata Zaidaan berbinar-binar saat menjelaskan perbedaan Kendama incarannya.  Katanya Kendama jenis ini ada license dari Japanese Kendama Association, jadi bisa dipakai untuk kompetisi. Berbekal duit 1.800 yen, akhirnya Kendama jenis TK-16 Master (junior) berhasil dia dapatkan.



Kendama TK-16 Master untuk Abang Zaidaan, sementara untuk ketiga adiknya cukup yang seharga 108 yen sajjah :)

dia pun diberi nama Susushi
Dikarenakan tidak seorang pun dari teman-teman sekolahnya yang ber-kendama, mau tidak mau saya harus turun tangan menemaninya berlatih Kendama.  Mulai dari browsing sejarah Kendama, mencari video tutorial hingga berlatih trik dasar di level KYU (pemula). Pada akhirnya saya pun ketagihan main Kendama!
karena si Zaidaan tidak mau lagi di foto, biar Mamito saja yang mewakili

Tiket untuk kembali ke tanah air telah terbeli untuk pemberangkatan minggu kedua Januari 2015.  Harus ada sesuatu yang kami bawa pulang









Comments